Saya ceritakan cerita tentang anak perempuan Sanadi. (Cerita tentang) anak perempuannya untuk anak saya yang sedang belajar di luar negeri, di Amerika. (Sejak) saya kecil sampai sekarang saya berumur tujuh puluh enam tahun saya tinggal di desa ini, Saba. Jadi saya tidak ke mana-mana dan baru kembali ke sini untuk menceritakan cerita ini. Saya akan menceritakannya sebagai berikut. Di kampung Saba ini. Seekor ular naga bernama Bakaka tingal di jalan tua kampung Saba-Warwer. Jalan itu namanya Kinefni. Ular naga ini selalu memperhatikan wanita-wanita yang biasanya pergi ke darat memasak makanan di sepanjang kebun mereka dan (kembali) pulang ke laut. Dia memperhatikan mereka berjalan sampai jauh kemudian seorang gadis belia ikut menyusul ibunya, (dan) keduanya menyusul yang lainnya. Nama gadis belia ini adalah Inggini. (Ketika) keduanya berjalan ke laut, ular naga itu mengangkat kepalanya dan masuk kedalan keranjang dan melingkar di dalamnya dan gadis itu membawanya pergi. Dia turun, pergi ke arah laut ke desa itu, (tetapi) bagian tengah dari keranjang itu berat sehingga gadis itu berbalik dan berbicara kepada ibunya. Inggini berbicara kepada Ibunya dan berkata, "Ibu ketika kita berjalan dari darat sana ke sini keranjang ini tidak terlalu berat seperti ini." Tetapi ini berat sehingga.... Atau coba kita lihat dulu. Kemudian, keduanya melihat ke dalam (keranjang), Bakaka, ular naga itu, melingkar dirinya ditengah-tengah keranjang itu. Ular naga itu membuka mulutnya dan berkata, "Bawalah saya." Lalu keduanya membawanya tinggal di rumah. Mereka tidur bersama di rumah dan ular naga itu tidur dengan gadis Inggini, perempuan Yomga itu. Keduanya tidur di sebuah kamar. Tetapi kedua saudara laki-lakinya tidak tahu. Ayahnya, Sanadi juga tidak tahu. Wanita tua (Ibunya) itu, mereka tidak tahu. Akan tetapi pada malam hari ular naga itu menjulurkan hidungnya ke kemaluan wanita itu (Hal itu berlangsung) sampai beberapa malam, kedua saudaranya tidak begitu senang. Oleh karena itu, mereka berbicara kepada ayahya dan berkata, " Bapa kami ingin makan ikan dan mungkin..." Jadi ketika mereka duduk dan berbicara, ular naga itu mendengar (mereka). Dia berbaring di dalam kamar dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Jadi dia memberitahu Inggini dan berkata, "Bila kedua saudara dan ayah mu ingin makan ikan, suruhlah mereka ke darat memotong akar beracun." Mereka mengikuti apa yang ular naga beritahukan kepada gadis ini, Inggini. Karena itu keesokan harinya mereka pergi ke darat (hutan) untuk memotong akar beracun. Mereka membawa (akar beracun itu) ke laut,mendorong perahu (dan) ular naga itu meluncur dan melingkar dirinya didalam perahu. Dan mereka berdua mendayung perahu bersamanya ke laut, mereka meracuni kolam Samidares. Kemudian ular naga itu meminta mereka untuk menumbuk akar beracun dan kemudian digigitnya pada mulutnya dan dia meluncurkan kepalanya ke bawah serta memasukkan akar beracun dibawah batu-batu karang. Dia memasukkan (akar beracun) ke dalam (batu-batu karang), ikan-ikan mencium (akar beracun itu) dan muncul ke luar dipermukaan air dan ketiganya memakai saringan untuk menangkap (ikan-ikan itu). Mereka meracuni kolam Samidares sampai selesai, mereka kemudaian pindah untuk meracuni Sawarap. Mereka meracuni tempat itu juga dan membuang (mengumpulkan) ikan-ikan ke dalam perahu. Akan tetapi kedua saudara laki-laki itu mungkin tidak begitu senang dengan ular naga (yang) mengawini saudara perempuan mereka,Inggini. Oleh karena itu keduanya berunding. Mereka berkata, "Ketika dia menyelam, sambil menggigit akar beracun itu dan masuk ke rumput-rumput laut di bawah sana, itulah saatnya kita akan membunuhnya." Dan keduanya membawa sebuah kapak. Oleh karena itu, kakak yang tua berbicara kepada adiknya dan berkata, "Mundurlah ke tempat itu dan saya akan memotong tubuhnya." Lalu saudara yang tua mengangkat kapak dan memakainya untuk memotong kepala ular itu, dan kepala ular itu terlempar ke darat dan menjadi sebuah tempat yang bernama Nusasri di bagian yang terakhir ke depan sana. Bagian tengahnya berpindah ke darat, namanya ada tetapi saya lupa. Kemudian bagian tengah lainnya pindah ke darat, ada di situ juga tetapi namanya saya lupa. Kemudian, bagian yang menghadap ke belakang di sebut Kaduki. Kemudian bagian yang menghadap ke ekor (ular naga itu) namanya Kwomsimbriri. Bagian yang terakhir sekali sekarang kami menyebutnya Saunek. Kemudian ekor kecil yang terakhir berpindah menetap dengan Wursam di Arduki. Akhirnya, potongan-potongan ini berkumpul kembali dan menjadi batu-batu dan berada di laut Saba dan Warwer dan yang berderetan di bagian sana. Kalau kita memandang ke laut yang berada di sepanjang laut sana adalah potongan-potongan tubuh dari si ular naga itu. Ah jadi (ceritanya) selesai di sini.