HM: Jadi hari ini Sabtu tanggal 17 April 2010. Kami duduk bercakap-cakap di Sepse. Jadi cerita ini akan kami percakapkan untuk kami kirimkan ke luar negeri (Inggris). Jadi bapa silahkan bicara, sebutkan nama dan umur bapa. AA: Sebelum kami sampaikan cerita ini saya memberitahu nama saya. Nama saya Abner Ansek, saya berumur 45 tahun. Jadi saya akan menceritakan kepulangan kami dari Samares ke darat sini. Kami pulang di tahun 1971. Kami pulang ke darat sini dan membuka kampung yang bernama Yimdi. Kami membukanya kemudian kami membangun sekolah, gereja tetapi kami tidak memakai senk tetapi kami bangun dengan atap daun rumbia. HM: Kalian datang dua kali ke bagian darat sini di pedalaman sini jadi kalian mulai membangun rumah mulai dari mana? AA: Kami mulai membangunnyta dari sini ke depan. Kepala desa Renyaan memberikan beberapa daun senk ke sini tetapi tidak banyak. Kemudian bapa Yohanes bilang: "Senk ini tidak banyak jadi kalian memasang senk-senk ini ke bagian darat sana". Tetapi kalian memasang atap-atap daun rumbia ke bagian laut ini supaya besok kita undang bapa Renyaan ke sini dia lihat dan bilang bagian yang ini mengapa seperti ini?" Karena dia tidak memakai senk terus tetapi sebagian beratap daun rumbia sebagian beratap senk. Ole karena itu kami berbuat seperti itu. Kepala desa datang dan lihat kemudian bapa Yohanes bilang: "Kamu tahu kita orang Papua ini cara kami menyampaikan hal yang berisi itu yang ada pada bagian sana,??????? Di situ baru kepala desa Renyaan melihat rumah-rumah ini setelah itu barulah dia memberikan bantuan desa untuk kami pakai bangun rumah-rumah di Sepse sini. HM: Jadi setelah kalian membangun rumah-rumah sampai selesai, kalian membangun sekolah di sini barulah anak-anak bersekolah dengan baik di sinikah? AA: Setelah kami selesai membangun rumah-rumah ini barulah anak-anak bersekolah. Mereka sekolah di sini sampai, belum ada jalan-jalan seperti begini. Perusahaan Barito mengambil kayu-kayu di daerah ini baru meratakan jalan ini sampai bagus dan mobil-mobil yang di bawah sana melaju ke sana kemari di jalan itu. Pada awalnya dari sini ke Sundei di bawah sana sangat melelahkan. Tetapi karena kami ingin memiliki sekolah di sini jadi kami pergi mengambil batu tela, semen, senk, kawat ukuran sepuluh sepuluh, balok ukuran lima kali sepuluh, kami bawa dari Sundei ke atas sini. Kalau orang lain mungkin tidak bisa bawa dari Sundei ke sini. Tetapi saat itu kami kuat sehingga kami memikul (bahan-bahan itu) dari Sundei ke sini. Kami ingin memiliki sekolah, gereja, itu kami mau jadi, kami mau sampai sekolah dan gereja yang bertebaran semua jadi di sini. Sekarang kami membangun kampung ini sampai bagus setelah itu SMP yang berada di darat ini dan anak-anak tidakm lagi bersekolah ke Bosnik tetapi mereka yang bersekolah di darat ini. HM: Itulah cerita tentang kampung Sepse pada awal dibangin di pedalaman Biak Timur. Yang menceritakannya adalah bapa Abner Ansek. Yang mengambil cerita ini adalah Bapa Henoch Mofu.